"Bolehlah hidupkan lagi Majalah Penghiburku yg pernah berjaya dan sekalian mengenang jasa baik Suster Myriam pemrakarsa adanya majalah untuk alumni itu. Dengan demikian satu sama lain tetap terjalin dengan baik. Viva Penghiburku!" (14 Januari 2012, Bernadeta Tumir)

Wednesday, March 7, 2012

MAJALAH TUNA RUNGU INDONESIA(3)

M. Th. Dita Rukmini S.
Suka-duka Mengurus Majalah
Roda managemen redaksi Info Adeco, ternyata tidak begitu mulus dibandingkan dengan banyak penerbitan majalah umum. Sumber Daya Manusia (SDM) redaksi terbilang belum profesional, seperti pakar atau sarjana komunikasi atau jurnalis. Katakanlah redaksi bekerja ala kadarnya. Mengandalkan bakat alam dan kreativitas pribadi saja. Di samping itu, anggota redaksi juga tidak memiliki pengetahuan dasar di bidang manajemen pemasaran. Selain tugas-tugas redaksional, mereka juga harus lihai menggali dana dan memasarkan produk majalah. Apa lagi kurang relasi. Sumber dana awal Info Adeco yang Rp 15.000,- (limabelas ribu rupiah) pada saat pertama kali diterbitkan dalam bentuk selebaran, kemudian bertambah dari sumbangan suka rela para pembaca alumni yang setia berlangganan. Redaksi pun pernah menerima dana dari Yayasan Dena Upakara sebanyak Rp 1.600.000,- (satu juta enam ratus ribu rupiah), sisa dari kas almahrum majalah Penghiburku. Dan karena peredaran bulletin Info Adeco yang terbatas, maka oplagnya tidak mampu mencapai minimal 500 exemplar. Oleh karena itu,  selalu difoto-kopi saja sesuai jumlah permintaan para pelanggan.

Perkembangan Akhir Info Adeco 
Perkembangan Bulletin Info Adeco menunjukkan bahwa pengeluaran, pemasukan dan animo pembaca tidak seimbang. Pengeluaran lebih besar dari pemasukan. Sementara animo pembaca makin besar. Untuk mengetahui tanggapan pembaca, redaksi telah melakukan survei dengan mengirimkan angket kepada para pembaca, yang kebanyakan adalah alumni SLB/B Wonosobo. Hasil evaluasi atas angket yang dikembalikan menunjukkan bahwa para pembaca menginginkan peningkatan isi bulletin, kwalitas kertas dan harga eceran mau pun harga langganan yang lebih murah. Redaksi pernah mengadakan rapat dengan Sr. Antonie Ardhatin, PMY, selaku pembina ADECO Nasional dan para wakil pengurus paguyuban ADECO dari 9 (sembilan)  daerah dan kota besar di Jogyakarta, untuk membahas hasil evaluasi angket itu. Saya selaku pemimpin redaksi Bulletin Info Adeco, menyampaikan laporan pertanggung-jawaban kegiatan penerbitan dan hasil evaluasi dari angket itu. Dengan tegas saya menyatakan bahwa redaksi tidak sanggup memenuhi tuntutan pembaca karena tuntutan pembaca melampaui kemampuan redaksi. Pada saat itu harga kertas, tinta printer komputer, foto-kopi dan transportasi (bensin, angkot), terus merangkak naik, mempengaruhi harga eceran bulletin, sehingga redaksi sulit mengubah harga eceran. Di samping itu, para anggota redaksi juga mempunyai kesibukan masing-masing untuk kuliah dan bekerja. Pekerjaan penerbitan Info Adeco adalah kerja pengabdian dan pengembangan bakat. Bukan pekerjaan pokok. Maka rapat memutuskan agar penerbitan Info Adeco dihentikan setelah berjalan selama 3 tahun (2000 - 2003).   Selaku redaksi, kami merasa puas karena dapat mengerjakan penerbitan sebuah bulletin, walaupun masih sangat jauh dari sempurna. Memang mutunya tidak seberapa jika dibandingkan dengan penerbitan profesional lainnya. Kami bekerja mulai dari nol hingga berhasil mendapatkan sumbangan sebuah unit komputer bekas pakai dan telah berhasil membeli sebuah printer baru yang menjadi milik Info Adeco Jogjakarta. Demi memperpanjang usia penerbitan Bulletin Info Adeco, Sr. Antonie menyarankan agar kegiatan penerbitan itu digilirkan  kepada paguyuban ADECO Daerah lain. Dan ADECO Jakarta terpilih untuk melakukan hal itu karena mereka dianggap dapat menggali dana guna melanjutkan karya alumni ini. Rencana ini kemudian sudah dapat berjalan, akan tetapi ternyata mengalami kesulitan dalam implementasinya. Karena di kota metropolitan Jakarta, mereka mengalami kesulitan di bagian teknis. Para anggota redaksi sulit berkordinasi. Apa lagi hanya satu orang yang bisa mengetik dengan komputer, yakni Iwan Satryawan.  Kegiatan penerbitan bulletin yang dikelola oleh paguyuban ADECO Jakarta berjalan selama 2 tahun (2002–2004) dan mogok sampai tahun 2007. Kemudian bangkit kembali berkat usaha ketua ADECO Jakarta Wilma Redjeki. Pimpinan redaksinya adalah Imam Basuki dan dikerjakan oleh June Thouw. Tetapi usaha mereka ini pun berakhir pada tahun 2009.  

Belajar Dari Tunarungu Jepang 
Untuk bisa mengerjakan sebuah penerbitan bulletin, anggota redaksi dituntut untuk memiliki keuletan,  keberanian, daya kreativitas atau daya cipta, pengetahuan ber-bahasa, pengetahuan jurnalistik, seni menulis, kesempatan, wawasan, pangsa pasar, kemampuan menggali dana serta loyalitas terhadap paguyuban ADECO. Apa bila dikerjakan oleh semua tuna rungu, niscaya ada keterbatasan karena faktor kecacatannya selalu menyebabkan mereka ketinggalan informasi. Apa lagi mereka harus bersaing meraih pasaran. Karena saya menjabat sebagai sekretaris pusat organisasi Tunarungu Nasional GERKATIN (Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia), maka pada tahun 2002, saya diutus mewakili GERKATIN untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan tuna rungu se-Asia-Oceania di Jepang selama 2 bulan. Saya sangat antusias mengikuti program observasi ke kantor penerbitan surat kabar yang dikelola oleh organisasi tuna rungu Kyoto di Jepang. Saya terperangah dan kagum atas kemajuan pesat organisasi itu. Mereka sukses menerbitkan surat kabar setiap bulan, majalah triwulan dan mencetak banyak buku. Saya sempat bertanya kepada Mr. Matshumita, pimpinan tuna rungu di kantor penerbitan itu melalui bahasa isyarat internasional:

Berapa orang karyawan bekerja di kantor ini?
“Karyawan tunarungu hanya lima orang.
Karyawan normal lebih banyak.
Yang normal menangani pekerjaan apa saja?
“Terima telepon, membantu sebagai penerjemah, mengedit.”
Sejak kapan surat kabar ini terbit?
“Tahun 1949, setelah dua tahun organisasi tuna rungu Jepang didirikan. Dimulai dengan selebaran yang diterbitkan
oleh enam orang tuna rungu Kyoto.” 
“Siapa saja yang berlangganan dan berapa pelanggannya?
“Para penerjemah bahasa isyarat yang bekerja di kantor pemerintah, para guru SLB, orang tua anak tuna rungu, komunitas tuna rungu Jepang. Pelanggan tahun ini ada dua puluh empat ribu.”

Selama saya berada dan belajar di Jepang, meninjau beberapa obyek kegiatan organisasi tuna rungu di sana, jiwaku terbakar berkorbar-kobar dan ingin sekali agar tuna rungu Indonesia dapat mengejar kemajuan tuna rungu Jepang. Kapan kita seperti mereka? Pekerjaan redaksi majalah tuna rungu Indonesia, mungkin perlu didukung oleh pekerja normal mendengar. Misalnya pakar jurnalistik, pakar bahasa dan pakar komunikasi. Sampai sekarang belum ada alumni SLB/B yang mengambil jurusan jurnalistik atau publikasi, karena jurusan tersebut membutuhkan banyak komunikasi oral dan belum ada penerjemah bahasa isyarat. Penerbitan Bulletin Info Adeco mengalami pasang surut karena keterbatasan sumber daya manusia dan dana.

Rapim ADECO dan Redaksi Info Adeco
Pada saat peringatan hari ulang tahun Bulletin Info Adeco yang ke-3 di Yogyakarta, bulan Februari 2002, sempat diadakan juga rapat pimpinan (Rapim) ADECO pertama, yang dipandu oleh Sr. Antonie Ardatin, PMY. Rapat memutuskan bahwa pengelolaan penerbitan Bulletin Info Adeco dilaksanakan setiap 3 tahun sekali oleh tiap paguyuban daerah secara bergilir, agar pengelola berkesempatan mendapatkan  pengalaman. Paguyuban ADECO Yogyakarta telah mengelola penerbitan bulletin tersebut selama 3 tahun pertama. Kemudian diserahkan kepada paguyuban ADECO JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) yang terpilih meneruskan kegiatan penerbitan bulletin itu untuk tahun 2002-2005. Pada bulan April 2002 di Jakarta dilaksanakan acara serah terima pengelolaan penerbitan Bulletin Info Adeco. Redaksi wilayah Jabodetabek menjalankan tugasnya selama 2 tahun (2002-2004), lalu mogok sampai tahun 2007 dan dilanjutkan lagi hingga tahun 2009. Pada tanggal 26 Februari 2010 diadakan rapat Pimpinan (Rapim) ADECO Nasional yang dihadiri oleh dua orang utusan, dipimpin Sr. Antonie dalam rangka memperingati HUT ke-11 Bulletin Info Adeco. Ada laporan pertanggung-jawaban dari pimpinan redaksi Bulletin Info Adeco, Imam Basuki, didampingi staf redaksi June Thouw dan ketua Wilma Redjeki. Laporan mereka diterima dengan baik. ADECO JABODETABEK telah berhasil mengelola penerbitan majalah itu selama 3 tahun terakhir, meski sebelumnya telah mengalami kemogokan selama 2 tahun. Kemudian, secara resmi estafet pengelolaan bulletin diserahkan oleh pimpinan redaksi dari ADECO JABODETABEK kepada ADECO BANYUMAS yang telah terpilih pada rapat tahun 2002. Tetapi ketua paguyuban ADECO BANYUMAS, Slamet Riyadi, menyatakan permohonan maaf bahwa tidak sanggup, sambil menunjukkan surat pernyataan dari pengurus ADECO BANYUMAS karena keterbatasan SDM (Sumber Daya Manusia). Sembilan pimpinan ADECO wilayah masing-masing ditanyakan kesanggupannya untuk mengambil giliran berikutnya karena ketua ADECO BANYUMAS menolak. Ternyata tidak ada yang menyatakan kesanggupan karena berbagai faktor. Melihat situasi tersebut, June Thouw mengharapkan agar daerah lain berani mencoba untuk mendapatkan pengalaman. Sesaat situasi rapat menjadi hening. Lalu Praningsih, ketua ADECO Pekalongan mengusulkan agar ADECO YOGYAKARTA kembali lagi mengelola Bulletin Info Adeco. Ternyata ADECO YOGYAKARTA menyatakan sanggup untuk kembali menjadi pengelola bulletin itu. ADECO YOFGYAKARYA mengambil keputusan itu karena mereka melihat ada peluang untuk memperbaiki tampilan bulletin dan demi memperpanjang usia penerbitan Bulletin Info Adeco. Keputusan ADECO YOGYAKARTA diterima oleh seluruh hadirin termasuk pada pembina ADECO Nasional.

Info Adeco Menjadi MSMP
Pada tanggal 19 Desember 2010, diadakan rapat redaksi dengan agenda evaluasi perkembangan penerbitan Bulletin Info Adeco setelah penyerahan kembali pengelolaan dari ADECO Jabodetabek kepada ADECO Yogyakarta pada bulan Februari 2010. Rapat redaksi ini dihadiri oleh para pimpinan paguyuban ADECO yang datang dari 9 daerah: Jabodetabek, Bandung, Semarang, Banyumas, Pekalongan, Solo, Surabaya, Kedu dan Yogyakarta. Rapat ini dipimpin oleh Sr. Antonie Ardatin, PMY. Salah satu keputusan penting rapat ini adalah penggantian nama Bulletin Info Adeco menjadi: Majalah Melawan Sunyi Mengukir Prestasi. Disingkat MSMP. Visi dan misi MSMP pun dirumuskan.

VISI
Mengembangkan kreativitas, ketrampilan ber-bahasa Indonesia dan pengetahuan bagi Tunarungu.

MISI             
Menerbitkan majalah sebagai wadah komunikasi. Mengembangkan ketrampilan menulis artikel.

TUJUAN 
Sebagai sarana komunikasi Tunarungu Indonesia, menambah informasi, pengetahuan umum dan sarana pelatihan mengembangkan ketrampilan ber-bahasa Indonesia dengan membaca dan menulis artikel.

Demi memuaskan para pembaca, redaksi mengubah kemasan dari foto-kopi menjadi majalah cetak (offset) agar dapat memuat foto-foto berwarna, memoles foto dan gambar dengan teknik grafis, memuat banyak cerita pengalaman dan informasi. Kami yang TULI, hidup dalam kesunyian, tetapi kami melawan kesunyian dengan mengukir prestasi untuk memperkaya pengetahuan bahasa dan memperoleh informasi yang terpercaya. Sebagai kenangan, ditampilkan majalah Penghiburku tahun 1970 dan 1980, Bulletin Info Adeco tahun 1999, 2000, 2008, 2010 pada terbitan pertama majalah MSMP. Harapan kami, semoga penerbitan majalah MSMP ini diberkahi usia yang panjang dan terus berkembang mengikuti kemajuan teknologi informatika sebagai sumbangan bagi Nusa dan Bangsa Indonesia. *** (Selesai)

Kiriman:
M.Th. Dita Rukmini Sutiami.
Yogyakarta, Indonesia.
Ketua Redaksi Majalah MSMP.
Alumna SLB/B Dena Upakara,
Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia.

7 comments:

  1. Terima kasih ibu Dita untuk pencerahan bagi kami tentang perjuangan membangun majalah bagi kaum Tuna Rungu Indonesia. Perjuanganmu tidak akan sia-sia. Salam dari basis Penghiburku di Kuluhun, Dili, Timor-Leste.

    ReplyDelete
  2. Kisah yang luar biasa ! Aku baru tahu tentang mengapa majalah Penghiburku terhenti setelah 28 tahun beroperasi tapi syukurlah kini majalah Penghiburku sudah bangkit lagi setelah sempat mati suri selama 6 tahun tapi dengan wajah yang baru dan lebih 'fresh' yaitu majalah MSMP dan ditambah lagi, blogspot Penghiburku sebagai mitra MSMP. Viva MSMP ! Viva Penghiburku ! Aku yakin almh Sr.Myriam sedang tersenyum di alam atas melihat jerih payah beliau tak sia-sia melalui bu Dita. Thanks, bu.. Yang semangat ya.

    ReplyDelete
  3. Saya punya sebuah warung kopi di Sidoarjo - Jawatimur. Sebagai usaha sampingan di malam hari dan saat ini sudah semakin ramai. Kami ingin membuka di pagi hari juga karena ini saya dan istri berkeinginan untuk mempekerjakan penyandang tuna rungu di warung kami. CYCLO Coffee nama warung kami terletak di jl lingkar barat no 7 sidoarjo. Kalau berminat mohon hubungi saya di 08113401086 sementara kami hanya perlu 1 pegawai, sampai kami buka cabang baru lagi.

    Salam

    Wargo
    CYCLO Coffee "We are listening and serving with our heart"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo abang "Anonymous". Terima kasih untuk undangan ini. Tetapi tidak banyak teman yang bisa membaca undanganmu di sini. Maka saya mohon, kirimkan data2 pribadi yang jelas dan info selangkapnya tentang Cyclo Coffee ke alamat e-mail Pengiburku agar bisa diposting di halaman utama. E-mail Penghiburku: majalahpenghiburku@yahoo.com
      Sukses. Koordinator Utama blogspot Pengiburku. Dili, Timor-Leste.

      Delete
  4. salut buat bu Dita...
    hanya satu kata yang kupunya "terimakasih"
    hanya satu kata yang bisa kuberikan "terimakasih"
    hanya satu kata yang bisa kuketik di sini "terimakasih"
    hanya satu kata yang bisa kudoakan "terimakasih" pada Allah untuk bu Dita yang tlah berasam manis dalam memperjuangkan keberadaan kata "terimakasih" ntuk Majalah MSMP... Terimakasih n Semangat...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai...dik Aning sang guru yang berjasa!

      Hmm...2 kata dirangkai menjadi sebuah ungkapan yang sangat indah ialah TERIMA KASIH inilah yang tidak boleh kita lalai untuk diucapkan kepada ALLAH Bapa Yang Maha Pengasih!
      Saat aku masih kecil duduk kelas Artikulasi satu sering lupa mengucapkan Terima kasih setelah menerima coklat favoritku .... orang tuaku dan kakak2ku sering menegurku: "Ayoo.... bilang apa?"...hehehe...
      Maka setiap malam sebelum tidur, aku tidak lupa berucap Terima kasih Puji Syukur atas karunia dari Allah!

      Delete
  5. Terima kasih telah menjadi tarikan nafas hidup setiap manusia yang tahu bersyukur. Salam untuk semua...

    ReplyDelete