Roda managemen redaksi Info Adeco, ternyata tidak begitu mulus dibandingkan dengan banyak
penerbitan majalah umum. Sumber Daya Manusia (SDM) redaksi terbilang belum
profesional, seperti pakar atau sarjana komunikasi atau jurnalis. Katakanlah
redaksi bekerja ala kadarnya. Mengandalkan bakat alam dan kreativitas pribadi
saja. Di samping itu, anggota redaksi juga tidak memiliki pengetahuan dasar di
bidang manajemen pemasaran. Selain tugas-tugas redaksional, mereka juga harus
lihai menggali dana dan memasarkan produk majalah. Apa lagi kurang relasi. Sumber
dana awal Info Adeco yang Rp 15.000,-
(limabelas ribu rupiah) pada saat pertama kali diterbitkan dalam bentuk
selebaran, kemudian bertambah dari sumbangan suka rela para pembaca alumni yang
setia berlangganan. Redaksi pun pernah menerima dana dari Yayasan Dena Upakara sebanyak Rp 1.600.000,- (satu
juta enam ratus ribu rupiah), sisa dari kas almahrum
majalah Penghiburku. Dan karena peredaran
bulletin Info Adeco yang terbatas,
maka oplagnya tidak mampu mencapai minimal 500 exemplar. Oleh karena itu, selalu difoto-kopi
saja sesuai jumlah permintaan para pelanggan.
Perkembangan Bulletin
Info Adeco menunjukkan bahwa pengeluaran,
pemasukan dan animo pembaca tidak
seimbang. Pengeluaran lebih besar dari pemasukan. Sementara animo pembaca makin
besar. Untuk mengetahui tanggapan pembaca, redaksi telah melakukan survei dengan mengirimkan angket kepada para
pembaca, yang kebanyakan adalah alumni SLB/B Wonosobo. Hasil evaluasi atas
angket yang dikembalikan menunjukkan bahwa para pembaca menginginkan peningkatan isi bulletin, kwalitas kertas dan harga
eceran mau pun harga langganan yang lebih murah. Redaksi
pernah mengadakan rapat dengan Sr.
Antonie Ardhatin, PMY, selaku pembina ADECO
Nasional dan para wakil pengurus paguyuban ADECO dari 9 (sembilan) daerah dan kota besar di Jogyakarta, untuk
membahas hasil evaluasi angket itu. Saya selaku pemimpin redaksi Bulletin Info Adeco, menyampaikan laporan
pertanggung-jawaban kegiatan penerbitan dan hasil evaluasi dari angket itu. Dengan
tegas saya menyatakan bahwa redaksi tidak sanggup memenuhi tuntutan pembaca
karena tuntutan pembaca melampaui kemampuan redaksi. Pada saat itu harga kertas,
tinta printer komputer, foto-kopi dan transportasi (bensin,
angkot), terus merangkak naik, mempengaruhi harga eceran bulletin, sehingga redaksi sulit mengubah harga eceran. Di samping
itu, para anggota redaksi juga mempunyai kesibukan masing-masing untuk kuliah
dan bekerja. Pekerjaan penerbitan Info
Adeco adalah kerja pengabdian dan pengembangan bakat. Bukan pekerjaan
pokok. Maka rapat
memutuskan agar penerbitan Info Adeco
dihentikan setelah berjalan selama 3 tahun (2000 - 2003). Selaku redaksi, kami merasa puas karena dapat
mengerjakan penerbitan sebuah bulletin,
walaupun masih sangat jauh dari sempurna. Memang mutunya tidak seberapa jika
dibandingkan dengan penerbitan profesional lainnya. Kami bekerja mulai dari nol
hingga berhasil mendapatkan sumbangan sebuah unit komputer bekas pakai dan telah
berhasil membeli sebuah printer baru yang
menjadi milik Info Adeco Jogjakarta. Demi
memperpanjang usia penerbitan Bulletin Info
Adeco, Sr. Antonie menyarankan agar
kegiatan penerbitan itu digilirkan kepada
paguyuban ADECO Daerah lain. Dan ADECO Jakarta terpilih untuk melakukan
hal itu karena mereka dianggap dapat menggali dana guna melanjutkan karya
alumni ini. Rencana ini kemudian sudah dapat berjalan, akan tetapi ternyata
mengalami kesulitan dalam implementasinya. Karena di kota metropolitan Jakarta,
mereka mengalami kesulitan di bagian teknis. Para anggota redaksi sulit
berkordinasi. Apa lagi hanya satu orang yang bisa
mengetik dengan komputer, yakni Iwan
Satryawan. Kegiatan penerbitan bulletin yang dikelola oleh paguyuban ADECO Jakarta berjalan selama 2 tahun
(2002–2004) dan mogok sampai tahun 2007. Kemudian bangkit kembali berkat usaha
ketua ADECO Jakarta Wilma Redjeki. Pimpinan redaksinya adalah
Imam Basuki dan dikerjakan oleh June Thouw. Tetapi usaha mereka ini pun berakhir
pada tahun 2009.
Untuk bisa mengerjakan sebuah penerbitan bulletin, anggota redaksi dituntut untuk memiliki keuletan, keberanian, daya kreativitas atau daya cipta,
pengetahuan ber-bahasa, pengetahuan jurnalistik, seni menulis, kesempatan,
wawasan, pangsa pasar, kemampuan menggali dana serta loyalitas terhadap
paguyuban ADECO. Apa bila dikerjakan oleh semua tuna rungu, niscaya ada
keterbatasan karena faktor kecacatannya selalu menyebabkan mereka ketinggalan
informasi. Apa lagi mereka harus bersaing meraih pasaran. Karena
saya menjabat sebagai sekretaris pusat organisasi Tunarungu Nasional GERKATIN
(Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia), maka pada tahun 2002, saya diutus
mewakili GERKATIN untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan tuna rungu se-Asia-Oceania
di Jepang selama 2 bulan. Saya sangat antusias mengikuti program observasi ke kantor penerbitan surat
kabar yang dikelola oleh organisasi tuna rungu Kyoto di Jepang. Saya terperangah
dan kagum atas kemajuan pesat organisasi itu. Mereka sukses menerbitkan surat
kabar setiap bulan, majalah triwulan dan mencetak banyak buku. Saya sempat bertanya
kepada Mr. Matshumita, pimpinan tuna rungu
di kantor penerbitan itu melalui bahasa isyarat internasional:
Berapa orang karyawan bekerja di kantor ini?
“Karyawan tunarungu hanya lima
orang.
Karyawan normal lebih banyak.”
Yang normal menangani pekerjaan apa saja?
“Terima telepon, membantu sebagai penerjemah,
mengedit.”
Sejak kapan surat kabar ini terbit?
“Tahun 1949, setelah dua tahun organisasi tuna
rungu Jepang didirikan. Dimulai dengan selebaran yang diterbitkan
oleh enam orang tuna rungu Kyoto.”
“Siapa saja yang berlangganan dan berapa pelanggannya?
“Para penerjemah bahasa
isyarat yang bekerja di kantor pemerintah, para guru SLB, orang tua anak tuna rungu,
komunitas tuna rungu Jepang. Pelanggan tahun ini ada dua puluh empat ribu.”
Selama saya berada dan belajar di Jepang, meninjau beberapa
obyek kegiatan organisasi tuna rungu di sana, jiwaku terbakar berkorbar-kobar dan
ingin sekali agar tuna rungu Indonesia dapat mengejar kemajuan tuna rungu
Jepang. Kapan kita seperti mereka? Pekerjaan redaksi majalah tuna rungu
Indonesia, mungkin perlu didukung oleh pekerja normal mendengar. Misalnya pakar
jurnalistik, pakar bahasa dan pakar komunikasi. Sampai sekarang belum ada
alumni SLB/B yang mengambil jurusan jurnalistik atau publikasi, karena jurusan
tersebut membutuhkan banyak komunikasi oral dan belum ada penerjemah bahasa
isyarat. Penerbitan Bulletin Info Adeco
mengalami pasang surut karena keterbatasan sumber daya manusia dan dana.
Rapim ADECO dan Redaksi Info Adeco
Pada saat peringatan hari ulang tahun Bulletin Info Adeco yang ke-3 di
Yogyakarta, bulan Februari 2002, sempat diadakan juga rapat pimpinan (Rapim) ADECO pertama, yang dipandu oleh Sr. Antonie Ardatin, PMY. Rapat memutuskan bahwa pengelolaan
penerbitan Bulletin Info Adeco
dilaksanakan setiap 3 tahun sekali oleh tiap paguyuban daerah secara bergilir, agar
pengelola berkesempatan mendapatkan pengalaman. Paguyuban ADECO Yogyakarta telah mengelola penerbitan bulletin tersebut selama 3 tahun pertama. Kemudian diserahkan
kepada paguyuban ADECO JABODETABEK
(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) yang terpilih meneruskan kegiatan
penerbitan bulletin itu untuk tahun
2002-2005. Pada bulan April 2002 di Jakarta dilaksanakan acara serah terima
pengelolaan penerbitan Bulletin Info Adeco.
Redaksi wilayah Jabodetabek menjalankan
tugasnya selama 2 tahun (2002-2004), lalu mogok sampai tahun 2007 dan dilanjutkan
lagi hingga tahun 2009. Pada tanggal 26 Februari 2010 diadakan rapat Pimpinan
(Rapim) ADECO Nasional yang dihadiri
oleh dua orang utusan, dipimpin Sr. Antonie
dalam rangka memperingati HUT ke-11 Bulletin
Info Adeco. Ada laporan pertanggung-jawaban
dari pimpinan redaksi Bulletin Info Adeco,
Imam Basuki, didampingi staf redaksi June
Thouw dan ketua Wilma Redjeki.
Laporan mereka diterima dengan baik. ADECO
JABODETABEK telah berhasil mengelola penerbitan majalah itu selama 3 tahun
terakhir, meski sebelumnya telah mengalami kemogokan selama 2 tahun. Kemudian,
secara resmi estafet pengelolaan bulletin
diserahkan oleh pimpinan redaksi dari ADECO
JABODETABEK kepada ADECO BANYUMAS
yang telah terpilih pada rapat tahun 2002. Tetapi ketua paguyuban ADECO BANYUMAS, Slamet Riyadi, menyatakan permohonan maaf bahwa tidak sanggup,
sambil menunjukkan surat pernyataan dari pengurus ADECO BANYUMAS karena keterbatasan SDM (Sumber Daya Manusia).
Sembilan pimpinan ADECO wilayah masing-masing
ditanyakan kesanggupannya untuk mengambil giliran berikutnya karena ketua ADECO BANYUMAS menolak. Ternyata tidak ada
yang menyatakan kesanggupan karena berbagai faktor. Melihat situasi tersebut, June Thouw mengharapkan agar daerah lain
berani mencoba untuk mendapatkan pengalaman. Sesaat situasi rapat menjadi
hening. Lalu Praningsih, ketua ADECO Pekalongan mengusulkan agar ADECO YOGYAKARTA kembali lagi mengelola Bulletin Info Adeco. Ternyata ADECO YOGYAKARTA menyatakan sanggup
untuk kembali menjadi pengelola bulletin
itu. ADECO YOFGYAKARYA mengambil
keputusan itu karena mereka melihat ada peluang untuk memperbaiki tampilan bulletin dan demi memperpanjang usia
penerbitan Bulletin Info Adeco. Keputusan
ADECO YOGYAKARTA diterima oleh
seluruh hadirin termasuk pada pembina ADECO
Nasional.
Pada tanggal 19 Desember 2010, diadakan rapat
redaksi dengan agenda evaluasi perkembangan penerbitan Bulletin Info Adeco setelah penyerahan kembali pengelolaan dari ADECO Jabodetabek kepada ADECO Yogyakarta pada bulan Februari
2010. Rapat redaksi ini dihadiri oleh para pimpinan paguyuban ADECO yang datang dari 9 daerah:
Jabodetabek, Bandung, Semarang, Banyumas, Pekalongan, Solo, Surabaya, Kedu dan
Yogyakarta. Rapat ini dipimpin oleh Sr.
Antonie Ardatin, PMY. Salah satu keputusan penting rapat ini adalah penggantian
nama Bulletin Info Adeco menjadi: Majalah
Melawan
Sunyi Mengukir Prestasi. Disingkat MSMP. Visi dan misi MSMP pun
dirumuskan.
VISI
Mengembangkan kreativitas, ketrampilan ber-bahasa
Indonesia dan pengetahuan bagi Tunarungu.
MISI
Menerbitkan majalah sebagai wadah komunikasi.
Mengembangkan ketrampilan menulis artikel.
TUJUAN
Sebagai sarana komunikasi Tunarungu Indonesia, menambah
informasi, pengetahuan umum dan sarana pelatihan mengembangkan ketrampilan ber-bahasa
Indonesia dengan membaca dan menulis artikel.
Demi memuaskan para pembaca,
redaksi mengubah kemasan dari foto-kopi
menjadi majalah cetak (offset) agar
dapat memuat foto-foto berwarna, memoles foto dan gambar dengan teknik grafis, memuat
banyak cerita pengalaman dan informasi. Kami
yang TULI, hidup dalam kesunyian, tetapi kami melawan kesunyian dengan mengukir
prestasi untuk memperkaya pengetahuan bahasa dan memperoleh informasi yang
terpercaya. Sebagai kenangan, ditampilkan majalah Penghiburku tahun 1970 dan 1980, Bulletin Info Adeco tahun 1999, 2000, 2008, 2010 pada terbitan pertama
majalah MSMP. Harapan kami, semoga penerbitan
majalah MSMP ini diberkahi usia yang panjang
dan terus berkembang mengikuti kemajuan teknologi informatika sebagai sumbangan
bagi Nusa dan Bangsa Indonesia. *** (Selesai)
Kiriman:
M.Th. Dita Rukmini Sutiami.
Yogyakarta, Indonesia.
Ketua Redaksi Majalah MSMP.
Alumna SLB/B Dena Upakara,
Wonosobo, Jawa Tengah,
Indonesia.
Terima kasih ibu Dita untuk pencerahan bagi kami tentang perjuangan membangun majalah bagi kaum Tuna Rungu Indonesia. Perjuanganmu tidak akan sia-sia. Salam dari basis Penghiburku di Kuluhun, Dili, Timor-Leste.
ReplyDeleteKisah yang luar biasa ! Aku baru tahu tentang mengapa majalah Penghiburku terhenti setelah 28 tahun beroperasi tapi syukurlah kini majalah Penghiburku sudah bangkit lagi setelah sempat mati suri selama 6 tahun tapi dengan wajah yang baru dan lebih 'fresh' yaitu majalah MSMP dan ditambah lagi, blogspot Penghiburku sebagai mitra MSMP. Viva MSMP ! Viva Penghiburku ! Aku yakin almh Sr.Myriam sedang tersenyum di alam atas melihat jerih payah beliau tak sia-sia melalui bu Dita. Thanks, bu.. Yang semangat ya.
ReplyDeleteSaya punya sebuah warung kopi di Sidoarjo - Jawatimur. Sebagai usaha sampingan di malam hari dan saat ini sudah semakin ramai. Kami ingin membuka di pagi hari juga karena ini saya dan istri berkeinginan untuk mempekerjakan penyandang tuna rungu di warung kami. CYCLO Coffee nama warung kami terletak di jl lingkar barat no 7 sidoarjo. Kalau berminat mohon hubungi saya di 08113401086 sementara kami hanya perlu 1 pegawai, sampai kami buka cabang baru lagi.
ReplyDeleteSalam
Wargo
CYCLO Coffee "We are listening and serving with our heart"
Hallo abang "Anonymous". Terima kasih untuk undangan ini. Tetapi tidak banyak teman yang bisa membaca undanganmu di sini. Maka saya mohon, kirimkan data2 pribadi yang jelas dan info selangkapnya tentang Cyclo Coffee ke alamat e-mail Pengiburku agar bisa diposting di halaman utama. E-mail Penghiburku: majalahpenghiburku@yahoo.com
DeleteSukses. Koordinator Utama blogspot Pengiburku. Dili, Timor-Leste.
salut buat bu Dita...
ReplyDeletehanya satu kata yang kupunya "terimakasih"
hanya satu kata yang bisa kuberikan "terimakasih"
hanya satu kata yang bisa kuketik di sini "terimakasih"
hanya satu kata yang bisa kudoakan "terimakasih" pada Allah untuk bu Dita yang tlah berasam manis dalam memperjuangkan keberadaan kata "terimakasih" ntuk Majalah MSMP... Terimakasih n Semangat...
Hai...dik Aning sang guru yang berjasa!
DeleteHmm...2 kata dirangkai menjadi sebuah ungkapan yang sangat indah ialah TERIMA KASIH inilah yang tidak boleh kita lalai untuk diucapkan kepada ALLAH Bapa Yang Maha Pengasih!
Saat aku masih kecil duduk kelas Artikulasi satu sering lupa mengucapkan Terima kasih setelah menerima coklat favoritku .... orang tuaku dan kakak2ku sering menegurku: "Ayoo.... bilang apa?"...hehehe...
Maka setiap malam sebelum tidur, aku tidak lupa berucap Terima kasih Puji Syukur atas karunia dari Allah!
Terima kasih telah menjadi tarikan nafas hidup setiap manusia yang tahu bersyukur. Salam untuk semua...
ReplyDelete