![]() |
M. Th. Dita Rukmini S. |
Catatan Pendahuluan
Pada tanggal
15 Januari 2012, beberapa teman merilis atau menerbitkan sebuah blogspot di internet dengan nama: Penghiburku. Maka di awal tulisan
mengenai Majalah Tunga Rungu Indonesia (MTRI) pada blogspot Penghiburku ini,
kami merasa perlu untuk mencatatkan lebih dahulu, asal mula nama Penghiburku, yang kini dipakai sebagai
nama blogspot yang sedang anda unggah
ini. Penghiburku adalah nama sebuah majalah
yang diterbitkan oleh Sekolah Luar Biasa Khusus Tunarungu, yaitu: SLB/B Dena Upakara,
Wonosobo, Jawa tengah, Indonesia, pada tahun 1965 sampai dengan tahun 1993. Setelah
berhenti selama 6 (enam) tahun, kami para alumni SLB/B Dena Upakara yang ada di
kota Yogyakarta, Indonesia, berinisiatif melanjutkan penerbitan itu berupa
sebuah bulletin dengan nama: Info Adeco.
Bulletin ini mulai diterbitkan pertama kali pada tanggal 21 Februari 1999. Di
kemudian hari, bulletin Info Adeco berkembang
menjadi sebuah majalah dengan nama: Melawan
Sunyi Mengukir Prestasi. Disingkat: MSMP. Majalah MSMP masih tetap diterbitkan
sampai hari ini mengikuti perkembangan, sesuai visi dan misi penerbitan milik ADECO (Alumni Dena Upakara dan Don
Bosco) di kota Yogyakarta. Kami merasa gembira sekali bahwa blogspot Penghiburku ini merupakan salah satu mitra kerja Majalah MSMP. Melalui
blogspot ini, makin terbuka
kemungkinan bagi banyak teman tuna rungu untuk bisa melatih ketrampilannya menulis.
Selamat menulis dan membaca.
Tuna Rungu
Perlu Menulis
Sebagaimana
telah diketahui bahwa anak-anak yang terlahir menderita cacat tuli, biasanya kelak
menjadi bisu atau tidak bisa ber-bahasa lisan seperti anak-anak
yang terlahir normal mendengar. Maka
anak seusia balita yang tuli, tampak berbeda sekali dengan anak balita
normal mendengar. Sebagai akibat dari cacat tuli ini, para penderita cacat tuli
menjadi selalu miskin informasi, miskin
perbendaharaan kata. Tetapi mereka memiliki bahasa tersendiri
yaitu bahasa isyarat sebagai alat komunikasi sejak usia
kanak-kanak. Berkat
“mukjijat” dari Allah, mereka dapat dididik ber-bahasa lisan dengan teknik
pengajaran system komunikasi oral,
yaitu berbicara dengan artikulasi, membaca bibir, menggunakan sisa pendengaran
dan merasakan getaran.
Sejak berdiri tahun 1938, SLB/B Dena
Upakara di Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia, menerapkan pendidikan bahasa
Indonesia sebagai fondasi untuk anak-anak tuli, agar kelak mampu menguasai
bahasa secara benar. Pendidikan bahasa itu meliputi etika berbicara dan cara
menulis berdasarkan tata bahasa Indonesia. Bahasa Isyarat, Bahasa Lisan
dan Bahasa Tulisan,
seyogyanya seimbang dalam pengungkapan curahan hati, perasaan, pemikiran, ide
dan pengembangan ilmu pengetahuan umum. Apa bila anak tuli kurang atau tidak
menguasai bahasa dan cara berbahasa, mereka akan mengalami miskomunikasi,
yaitu: salah paham, salah tanggap maksud dan salah pengertian. Menguasai bahasa
Indonesia dengan fondasi yang baik, akan lebih mudah menguasai bahasa asing
yang lain. Tulisan bahasa Indonesia yang benar dari anak tuli, niscaya
menyenangkan pembaca. Bahwa dunia tuna rungu pun diwajibkan memiliki 3 (tiga) bahasa,
yakni Bahasa Isyarat, Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis. Ketiga bahasa ini merupakan
wadah komunikasi yang lengkap.
Penerbitan
Majalah Tuna Rungu
Guna memacu
prestasi alumni setingkat SD, untuk bisa ber-bahasa Indonesia secara benar dan
baik setelah menamatkan Sekolah Luar Biasa di SLB/B Dena Upakara, Wonosobo, maka
perlu wadah latihan menulis. Mengingat pada tahun 60-an, di Indonesia belum ada
Sekolah Lanjutan khusus untuk tuna rungu. Sementara para alumni yang masih
muda-muda, sudah harus bergelut dalam hidup bermasyarakat umum. Pada hal
pengetahuan bahasa mereka masih sangat minim. Karena itu, pada tahun 1965, mantan Kepala Sekolah SLB/B
Dena Upakara, Wonosobo, almh. Sr. Myriam
Therese, PMY, (misionaris berkebangsaan Belanda), merintis penerbitan
majalah sebagai sarana komunikasi antar alumni SLB/B Dena Upakara yang tersebar
di seluruh Indonesia. Selain itu, majalah ini juga bisa menjadi lahan pelatihan
menulis para alumni untuk menambah pengetahuan ber-bahasa mereka.
Majalah alumni
itu diberi nama: PENGHIBURKU. Diterbitkan untuk alumni dan
menampung naskah dari alumni. Jadi
semacam penerbitan dari dan untuk alumni. Nama “Penghiburku” dipilih agar para alumni dapat melepaskan kerinduan
terhadap teman-temannya setelah berpisah. Sejak kecil, mereka telah hidup
bersama selama beberapa tahun dan kemudian meninggalkan asrama dan sekolah. Juga
melalui majalah ini, mereka bisa membangkitkan lagi kenangan terhadap para mantan
guru. Mereka dapat saling menghibur sambil belajar untuk mengungkapkan isi hati
atau pengalaman melalui tulisan mereka di majalah itu. Berhubung bahasa yang
digunakan para penulis pada umumnya masih minim, maka sebelum diterbitkan,
setiap tulisan selalu harus dikoreksi oleh pemimpin redaksi agar mudah dipahami
para pembaca. Pengasuh majalah Penghiburku
adalah para guru sesuai rubrik tertentu. Seperti, rubrik agama dan budi pekerti,
rubrik aneka berita, rubrik kisah, rubrik ketrampilan.
Sejak tahun
1965, majalah Penghiburku selalu dipimpin
langsung oleh Kepala Sekolah SLB/B Dena Upakara. Diterbitkan dua bulan sekali (Majalah Dua bulanan). Pada setiap kegiatan itu, redaksi dibantu
para siswa kelas terakhir. Wajah halaman depan digambar manual. Kemasan majalah sangat sederhana karena
dikerjakan dengan mesin stensil. Seluruh naskah diketik dengan manual, kemudian
distensil pada kertas stensil. Maklum, pada jaman itu, belum ada komputer. Sumber
dana berasal dari para alumni secara sukarela. Misalnya untuk prangko, tinta
stensil, kertas dan sebagainya. Kegiatan penerbitan majalah ini berjalan secara
teratur, bertahan cukup lama dan baru berhenti pada tahun 1993. Beberapa faktor
yang menyebabkan majalah ini berhenti terbit, antara lain karena kesibukan para
alumni. Mereka yang biasanya aktif
menulis, tidak bisa menulis lagi karena kuliah, sudah membangun rumah tangga, sudah
bekerja dan lain-lain. Dengan demikian, pengiriman naskah dari alumni semakin
berkurang. Pengasuh rubrik pun mulai berkurang karena pindah tugas, pensiun dan
ada yang meninggal dunia. Penerbitan makin jarang terjadi. Pemasukan dana
menjadi seret. Akhirnya majalah Penghiburku
yang tampak belum pernah diperingati hari ulang tahunnya itu, berhenti dalam usia
28 tahun. *** (bersambung)
Kiriman:
M.Th. Dita Rukmini Sutiami.
Yogyakarta, Indonesia.
Ketua Redaksi Majalah MSMP.
Ketua Redaksi Majalah MSMP.
Alumna SLB/B Dena Upakara,
Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia.
Bagus! Bagian pertama Majalah Tuna Rungu Indonesia ini akan disusul oleh dua bagian lain. Parabens = Proficiat! Salam dari Dili, Timor-Leste.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTERIMA KASIH kupanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Baik! Karena talentaku yang diberikaNYA telah berkembang melalui karyaku yaitu sebagai penulis dan pengelola majalah Tuna Rungu itu. Rasanya aku bahagia dapat menyumbangkan bagi Nusa dan bangsaku, Indonesia dan memberi nama baik almamaterku tercinta serta membahagiakan almarhum orang tuaku dan mantan pendidikku almarhum Sr. Myriam Therese..... dan mantan guru kelasku Sr. Antonie Ardatin,PMY yang cerdas! Beliaulah yang menggemplengku dengan pelatihan menulis /mengarang waktu aku duduk di kelas Bahasa VI.
ReplyDeleteDik Akiun, kaulah bibit muda jadilah penulis yang berguna! Kau ada bakat! Kembangkanlah teruuuuussss...!
Terima kasih atas komentarmu. Viva PENGHIBURKU! Bravo MSMP !
Ibu Dita yang terkasih. Maaf bahwa komentarmu ini, awalnya masuk ke spam. Baru saja saya tarik keluar dari kotanya spam itu. Parabens dan jangan pernah lelah untuk meneruskan karya luar biasa sebagai penulis. Salam dari Dili, basis blogspot Penghiburku.
ReplyDeletemenarik dan bermanfaat nih infonya
ReplyDeletesenang sekali bisa mampir ke blog anda
terimakasih banyak gan