Nama
lengkapnya, Nandra Putri
Raisya. Dipanggil Ara. Dia
adalah anak pertama saya yang lahir di Banten pada tanggal 3 Agustus 2004 dan
menjadi
anak tuna rungu sejak lahir. Saya
baru menyadari hal itu ketika mengetahui bahwa Ara
tak dapat mendengar sejak ia berusia 2
tahun. Saya merasa heran, seharusnya anak seusia Ara (waktu itu
masih berusia 2 tahun), sudah dapat berkata2 meski hanya
sepatah atau dua patah kata. Waktu itu Ara hanya bisa mengucapkan kata 'A'. Sedangkan
dengan saya dan suami saya yang adalah bapaknya,
Ara hanya memanggil kata 'AA'. Dari
situlah, saya mulai bertanya2, ada apa dengan Ara? Saya banyak bertanya pada teman dan
orang-orang di sekitar saya tentang kenapa Ara
belum bisa berbicara dan tak seperti anak lain seusianya.
Lalu suatu hari saya membaca buku tentang anak-anak dengan gejalah seperti terjadi pada Ara dan
akhirnya saya putuskan membawa Ara ke dokter THT.
Pada pemeriksaan pertama,
dokter THT menyatakan Ara tidak apa-apa, alias
berpendengaran baik karena pada waktu pemerikasaan, dokter membunyikan alat dan
Ara menoleh ke arah dokter tersebut. Dokter memberi saya waktu enam
bulan untuk melihat perkembangan Ara dan apa bila
dalam waktu enam bulan tak ada perubahan, dokter
menyarankan kepada saya agar Ara ditest BERA. Tak hanya itu, saya juga pergi ke
Klinik Tumbuh Kembang,
lalu akhirnya saya tahu kalau Ara mengalami gangguan pendengaran. Saran
dokter THT dari klinik Tumbuh Kembang ternyata sama bahwa saya harus melakukan test BERA. Saya
membawa Ara ke RS Global di Tangerang. RS itu satu-satunya
yang bisa melakukan test BERA. Dari hasil test BERA itu, ternyata Ara mengalami
gangguan pendengaran di telinga kanan (pasif) dan di telinga
kiri aktif (75 DB). Maka diputuskan Ara harus memakai alat bantu dengar (ABD).
Tak puas dengan hasil test BERA yang
pertama, saya melakukan test BERA
ulang. Kali ini di
kawasan Cikini-Jakarta Pusat. Di tempat ini, saya banyak bertanya, kenapa Ara harus mengalami gangguan pendengaran.
Lalu dokter menanyakan riwayat
kehamilan saya karena Ara tak pernah mengalami sakit panas atau step. Setelah
saya ceritakan masa masa kehamilan saya, ternyata dokter menganalisa bahwa dulu itu saya terkena Toxoplasma
(virus kucing). Memang waktu usia kandungan saya tiga bulan,
badan saya sempat kena biang keringat (biduran), maka pada
waktu itu saya langsung pergi ke dokter kandungan. Tetapi
saya kecewa karena dokter tak memeriksa secara teliti
atau melakukan test Tors (Toxoplasma).
Dari keterangan itulah, dokter THT di Cikini menyatakan bahwa Ara
terkena gangguan pendengaran dari dalam kandungan gara-gara
Toxoplasma tersebut.
Suka duka saya selama mengurus
Ara tak pernah saya jadikan sebagai alasan. Saya
justru sangat menikmatinya sekaligus tertantang untuk menjadikan Ara anak saya,
bisa menjadi anak
berkualitas, tak kalah dengan anak normal lainnya. Kini Ara sudah bersekolah di
SLB/B YENAIZ, duduk di kelas 2. Saya
sangat bersyukur Ara sudah mengalami banyak perubahan.
Kosa katanya
bertambah, sudah bisa berhitung, meski dengan
sedikit bimbingan. Bisa membaca
walau pun belum sempurna. Saya tetap bersyukur kepada Sang
Pencipta atas rahmat dan karunia-Nya
yang diberikan kepada kami melalui Ara.
Saya berharap kelak Ara bisa
berprestasi, tak kalah dengan anak normal pada umumnya. Meski adanya
segala keterbatasan ini,
bukan berarti mengurangi prestasi Ara untuk
meraih masa depan yang lebih baik. Saya mendapat banyak pelajaran berharga
selama membesarkan Ara dan mengetahui bahwa tak semua anak tuna rungu tak bisa sekolah, tak bisa
berprestasi. Justru mereka
punya banyak kelebihan dibanding dengan kita manusia normal. Sebagai contoh,
saya pernah melihat tayangan di TV, ada wanita tuna rungu
yang dapat mengharumkan nama bangsa. Dia bernama Dian Inggrawati. Dengan
keterbatasannya, Dian mampu menjadi Miss Universe tingkat dunia, khusus untuk tuna rungu. Dian
Inggrawati
itulah yang memacu motivasi saya untuk terus menjadikan Ara sukses dalam meraih
masa depan dan berguna bagi nusa,
bangsa, agama dan orang
tua. Pantang mundur untuk kaum tuna rungu. Teruslah
belajar dan berkarya mengukir prestasi! Sekali kelak nanti,
kesuksesan akan ada di tangan kalian dan
masa depan yang cerah menanti kalian semua. "BERPRESTASILAH
DALAM KESUNYIANMU”.
Kisah ini ditulis oleh Ibu Dede
Kurniasih.
Ibu kandung dari Nandra
Putri Raisya (Ara).
Dikirim ke Blog-Spot Penghiburku oleh:
Agustini Hasan, Jakarta.
Koordinator Pembantu Blog-Spot Penghiburku.
Terima kasih ibu Dede. Sudah berikan kisah yang bagus mengenai Ara dan juga catatan peneguhan untuk kaum penyandang kesulitan mendengar. Sumbangan ibu Dede adalah dukungan luar biasa untuk mereka. Salam dari Dili, Timor-Leste. Koordinator Utama Blog-Spot Penghiburku.
ReplyDeletekepada ibu de2h... berbahagialah ibu jadi wanita teristimewa oleh Allah diberi Titipan Anak Istimewa yakni Ara. Saya yakin Ara akan membalas senyum terindah buat ibu bila ibu benar2 ikhlas menerima Titipan Allah... Ammii..iin YRA...
ReplyDeleteSaya Michael, anak saya bernama Faith, persis seperti Ara. Kita akan lihat perkembangan anak-anak kita beberapa tahun ke depan, akan seperti apakah mereka nanti? Dengan apa yang kita lakukan sekarang. salam dari saya ayah Faith. 087876620035
ReplyDeletePak Michael, terima kasih sudah berpartisipasi, membaca dan mengomentari tulisan tentang Ara. Salam untuk pak Michael sekeluarga dan terlebih untuk Faith. Apakah pak Michael bisa menuliskan ceritra tentang Faith, agar bisa dibagikan di blog ini? Terima kasih sebelumnya. Salam dari Dili, Timor-Leste. Koordinator Utama, Prisco Virgo.
DeleteHallo, perkenalan yang menarik...sungguh bahagia bahwa aku sendiri tidak kesepian, masih ada Ara yang berjuang. Aku pun berjuang... oya, kalau mau baca blogku...ada juga zheicc.blogspot.com, zheicc.wordpress.com atau bergabung di Komunitas "Dunia Tak Lagi Sunyi". Oya, Salam Kenal...saya Zheitta Vazza Devi dari Jogja...panggilannya Vazza, tunarungu juga
ReplyDelete