Aku
memang bisu tuli
Bisu tuli bukan berarti
sampah masyarakat.
Bukan beban siapa-siapa
bahkan pemerintah sekalipun
karena toh tak ada yang peduli
dengan kami.
Jadi kami harus berdiri
dengan kedua kaki sendiri.
Masih mencari jati diri,
masih mencari cari arti hidup ini
yang sebenarnya.
Berjuang, bekerja keras.
Yang selalu mendukung kami dengan tulus
adalah keluarga serta orang orang yang peduli dengan dunia kami.
Bisu tuli bukan berarti
sampah masyarakat.
Bukan beban siapa-siapa
bahkan pemerintah sekalipun
karena toh tak ada yang peduli
dengan kami.
Jadi kami harus berdiri
dengan kedua kaki sendiri.
Masih mencari jati diri,
masih mencari cari arti hidup ini
yang sebenarnya.
Berjuang, bekerja keras.
Yang selalu mendukung kami dengan tulus
adalah keluarga serta orang orang yang peduli dengan dunia kami.
Jakarta, 27 Januari 2012
Agustini Hasan. Jakarta.
Koordinator Pembantu blog-spot Penghiburku
Puisi Akiun begitu menggugah semangat juang kami. Terima kasih ya.
ReplyDeleteBetul mbak Apri. Saya juga tidak mengira, Agustini akan menulis sebuah puisi sekuat itu.... Parabens = Proficiat = Selamat! Soalnya puisi Agustini ini paling banyak diundah oleh pembaca Penghiburku. Kita nantikan puisi-puisi lain yang akan menyusul dari tangan calon penyair tuna rungu asal Jakarta ini. Salam.
ReplyDelete