Alumna SLB/B Santi Rama
Cipete, Jakarta, Indonesia
Siapa salah, saya tidak tahu. Mamaku melahirkan seorang
bayi yang cacat karena salah suntik KB. Itulah saya. Ketika masih kecil dulu,
saya tinggal di Parung Panjang,
Bogor, Jawa Barat, dan terus tidak mau pulang ke Jakarta. Karena saya mau ikut bersama
nenek. Yaitu, ibunda dari mamaku. Pernah juga saya tinggal di Pademangan. Ketika di sana, saya senang
sekali karena ada seorang teman normal mendengar, yang selalu mengajak saya mau
bermain di luar rumah. Ketika saya berumur 7 tahun, saya pernah didorong hingga
jatuh dari tangga oleh seorang saudara sepupu saya. Tanganku keseleo dan
kepalaku terbentur. Tanganku langsung dipijit-pijit oleh nenekku. Sementara
mamaku sangat khawatir. Nenekku agak kesal dan sampai merotani saudara sepupuku itu. Dia menangis dan
kemudian meminta maaf kepada saya. Saudara sepupuku ini memang agak nakal. Dia
suka menyepelekan saya. Juga suka mencubit dan berantem dengan saya sampai saya
jadi kesal.
Ketika sudah besar, saya tidak lagi tinggal di Parung Panjang. Keluargaku pindah ke rumah
baru di Bojong Indah, Jakarta. Saya
masuk sekolah SLB/B TK Santi Rama di
Kramat Jakarta. Setelah itu, masuk sekolah SLB/B SD Santi Rama, kelas 1 - 8A dan lulusan tahun 1991. Kemudian saya
lanjutkan pendidikan saya di SLB/B SMP Santi
Rama juga, kelas 1 - 4B. Lulus tahun 1995. Setiap kali pesta perpisahan
naik kelas, saya ikut menari bersama teman-teman kelasku. Saya juga pernah ikut
lomba telur paskah dan dapat hadiah juara I. Bersama teman-teman sekolah, kami
pernah berkemah di Kaliurang - Yogya
dan pantai Carita, Cikole - Bandung. Satu
hal yang membuat saya sedih ketika masih di sekolah adalah ibu guru kelas 4 – 5
yang selalu galak pada murid-muridnya. Setelah tamat sekolah, saya ikut
pelatihan menjahit dan mengetik. Dan saya lulus.
Setelah pelatihan, saya tidak dapat kerja selama 4
bulan. Kemudian saya ikut sadaraku di Tiang
Bendera, Jakarta dan bekerja sebagai computer
operator di bagian in put data. Setelah
lima tahun kerja di sana, saya minta
berhenti karena gaji kecil. Saya ingat ketika masih kerja di kantor, saya punya
teman yang baik sekali bernama Ling Ling.
Biasanya setelah kerja, dia mengajak saya makan di luar, lalu dia mengantar
saya sampai ke Grogol untuk naik bis. Sudah lama kami tidak bertemu sejak aku
berhenti kerja di kantor. Saya tidak tahu lagi entah di mana sekarang Ling Ling berada. Pernah saya juga dapat
undangan dari teman yang menikah. Dan di situ saya bisa bertemu lagi dengan
teman-teman kerja dulu. Saya sangat senang. Apa lagi mereka mengerti, saya tuna
rungu dan mereka maklum. Sejak berhenti kerja, saya bantu antar jemput
keponakan saya ke sekolah.
Mamaku sudah meninggal pada umur 47 tahun karena sakit
sesak nafas atau asma. Mama meninggal tahun 1997. Sebelum mama meninggal, kakak
saya mengajak mama untuk jalan-jalan ke Glodok
dan Pasar Baru untuk membeli baju dan
sepatu. Ketika kembali, mereka naik taksi. Tiba di rumah, mama mendapat
serangan sakit sesak napas. Kami memberi mama minum jamu dan juga obat semprot sesak
nafas. Kakaku pergi mencari bantuan dokter. Saya hanya bisa bantu pijit-pijit
mama dekat meja makan. Lama sekali baru kakaku kembali ke rumah bersama dokter.
Sudah terlambat. Rupanya mamaku sudah meninggal sebelum kakakku dan dokter tiba
di rumah. Dokter memeriksa mama dan mengatakan bahwa mama sudah tidak ada detak
jantung. Mobil ambulans datang dan membawa mama ke rumah duka Abadi. Orang banyak datang melayat mama dan
setelah itu mama dimakamkan di Parung
Panjang.
Saya pernah mimpi melihat mama, 40 hari setelah beliau
meninggal. Dalam mimpi itu, saya bangun dari tidur dan mama datang bertemu
saya. Mama lalu memeluk dan mencium saya. Mama juga melihat ke arah kakakku Mei Mei yang tidur bersama saya. Saya juga
melihat Mei Mei masih tidur nyenyak. Mama
bilang, agar saya sampaikan salam untuk papa, kakak dan semuanya. Saya bilang,
ya. Saya juga lihat ada 2 malaikat berpakaian putih terang. Mama juga memakai baju
putih terang. Kata mama, ia mau pergi ke surga. Ketika saya mau bertanya, ke
mana mama akan pergi, mama sudah menghilang. Saya kaget dan terbangun. Saya menangis
sedih. Lalu saya berdoa sebelum tidur lagi. Saya sudah menceritrakan mimpi saya
ini kepada bapa dan kakakku. Dan mereka kaget mendengar ceritraku.
Ketika di kelas 6, saya belajar agama Katolik di
sekolah Santio Rama II. Lalu saya dibaptis
dan komuni pertama kali di gereja Santo Stefanus di Cilandak, pada bulan Desember 1988. Tetapi sebelum itu, saya sudah lulus
pelajaran agama. Nilai saya bagus semua. Waktu itu, saya juga sudah bisa berdoa
Bapa Kami, Salam Maria dan Kemuliaan.
Nama baptisku adalah Anastasia. Dan
nama Krismaku adalah Yosefa. Saya
dapat sembako Natal dan Paskah di BPPC Katedral.
Saya sudah menikah dan mempunyai seorang anak tunggal
laki-laki bernama Christian.
Dipanggil Tian. Anakku mau sekolah
minggu di gereja. Bulan ini Tian akan
masuk sekolah pada kelas play grup. Dulu
setelah menikah, saya tidak bisa punya anak selama 7 tahun. Sekarang saya
mengurus anak saya dan tidak bisa bekerja karena repot. Anak saya bisa bicara,
bisa dengar dan pintar tetapi nakal. Suamiku sendiri kerja laundry di Yogya dan tinggal di Muntilan. Dia pergi meninggalkan saya
dan anak saya. Sementara saya dan anak saya masih tinggal di rumah papa
saya di Jakarta. Saya melihat hal ini sebagai suka duka kehidupan berkeluarga
yang harus ditanggung dengan rela. Kadang-kadang saya sedih juga memikirkan hal
ini. Tetapi itulah hidup. Kini saya berencana untuk usaha menjual kue. Meski
suamiku tidak lagi mengirimkan apa-apa kepada saya dan anak saya, tetapi saudara-saudara
saya masih selalu bantu-bantu untuk Tian
dan saya. Saya selalu bersyukur karena saya masih punya sanak keluarga yang
memiliki perhatian untuk saya dan anak saya. Sampai sekarang, hal paling
penting untuk saya adalah memperhatikan dan memelihara anak saya. Saya juga
tetap berdoa agar Tuhan meringankan beban saya. Saya ingin berteman baik dengan
Agustini Hasan dan berterima kasih
kepadanya karena telah bersedia mengetik dan mengirimkan tulisan saya ini ke
Penghiburku. ***
Tulisan ini
diteruskan ke Penghiburku
Oleh Agustini Hasan, Jakarta, Indonesia.
Koordinator Pembantu blogspot
Penghiburku.
Tulisan yang sangat menggugah. Bahasanya sederhana, tetapi isinya luar biasa. Suka duka kehidupan anak manusia. Parabens!
ReplyDeletesama juga. Gaya bahasanya sederhana, polos dan lugu menyiratkan kejujuran kata2 curahan hatinya dan Ceritanya... Mb Anas beruntung disayang dan jadi wanita istimewa di mata Allah amin ya robilalhamin...
Delete