"Bolehlah hidupkan lagi Majalah Penghiburku yg pernah berjaya dan sekalian mengenang jasa baik Suster Myriam pemrakarsa adanya majalah untuk alumni itu. Dengan demikian satu sama lain tetap terjalin dengan baik. Viva Penghiburku!" (14 Januari 2012, Bernadeta Tumir)

Thursday, January 26, 2012

MAJU TERUS KAUM DEAF


Sejak awal di Ungaran, saya lahir normal dan tidak bisu tuli. Tetapi ketika berumur satu setengah tahun, saya jatuh sakit step atau panas tinggi. Karena panasnya terlalu tinggi, maka akibatnya saya pingsan selama delapan jam dan di situlah terjadi, saya kehilangan pendengaran alias tuli karena syaraf telinga saya telah hancur meleleh. Kemudian setelah saya sadar, orang tua saya memanggil saya dengan nama saya, TIEN, tetapi saya tidak menoleh atau tidak merespon atas suara panggilan itu. Orang tua saya heran, lalu membawa saya ke dokter di Salatiga. Oleh dokter dinyatakan bahwa saya tuli, akhirnya saya jadi penyandang cacat bisu tuli sejak waktu itu. 

Ketika saya berumur lima tahun, orang tua saya mendapat informasi dari orang tua Susan (Susi Madiun) mengenai sekolah pendidikan khusus untuk tuna rungu di Wonosobo. Kemudian saya segera dibawa orang tua ke Wonosobo dengan segudang harapan. Pada tanggal 17-01-1974, barulah saya masuk di lembaga pendidikan SLB/B "Dena Upakara" di Wonosobo. Banyak cerita suka duka selama mengenyam pendidikan di lembaga tersebut. Setelah menimba ilmu di SLB/B "Dena Upakara" tersebut selama delapan setengah tahun, saya berhasil dengan baik. Kemudian setelah lulus di SLB/B tersebut pada tahun 1983, saya melanjutkan pendidikan saya lagi di SMP St Bernardus, di Madiun. Sebelumnya akan ke SMP St. Yusuf, tetapi ditolak oleh kepala sekolah dengan alasan bahwa tidak mungkin anak tuna rungu bisa menerima pelajaran bersama anak-anak normal. Baiklah. Akhirnya saya diterima di SMP St Bernardus setelah lulus test tertulis. Setelah lulus SMP tahun 1986, saya melanjutkan pendidikan saya lagi, yaitu di SMKK Negeri  Madiun, mengambil jurusan tata  boga  selama tiga tahun dan lulus pada tahun 1989. Setelah tamat SMKK, saya mengambil kursus akuntansi Dasar A selama satu tahun dan setelah itu saya lanjutkan ke akuntansi dasar B sampai selesai. Pada waktu yang sama, saya juga melamar pekerjaan di Pusdik Perum Perhutani Madiun waktu itu. Sekarang ini adalah Pusdiklat SDM Perhutani. Selang tiga hari kemudian saya dipanggil masuk kerja di situ. Tugas yang saya terima adalah yang sesuai dengan pendidikan saya, tata boga. Sampai sekarang, saya telah jadi karyawati di Pusdiklat SDM Perhutani Madiun di kota Madiun ini, selama 23 tahun.

Tentu saja selama hidup di tengah masyarakat normal, saya telah makan garam kehidupan. Terlebih saya mendapat banyak hal yang kurang enak, tetapi saya tidak perduli karna tujuan saya dalam hidup sebagai orang deaf, adalah harus bisa sukses. Maka saya tetap berusaha agar bisa melakukan banyak hal seperti yang dilakukan oleh orang normal. Semua  bisa jadi mungkin buat kaum deaf, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh. Walau saya telah menjadi karyawati di BUMN, tetapi saya masih merasa kurang dan bukan siapa-siapa, jika saya belum berbuat yang lebih untuk kaum deaf. Oleh karna itu pengalaman hidup yang saya tulis ini, bisa memberi motivitasi kepada sesama deaf, khususnya lewat blog-spot Penghiburku ini. Dan saya berharap, saudara-saudaraku sesama deaf, bisa bangkit percaya diri. Maju terus dan pantang menyerah untuk kaum deaf !

Christina Hartini. Madiun.
Koordinator Pembantu Blog-Spot Penghiburku.    

3 comments:

  1. Bagus mbak Tien, Madiun. Tulisan menarik dan inspiratif. Motivasi untuk teman-teman Deaf agar mengembangkan diri. Maju terus. Terima kasih.

    ReplyDelete