"Bolehlah hidupkan lagi Majalah Penghiburku yg pernah berjaya dan sekalian mengenang jasa baik Suster Myriam pemrakarsa adanya majalah untuk alumni itu. Dengan demikian satu sama lain tetap terjalin dengan baik. Viva Penghiburku!" (14 Januari 2012, Bernadeta Tumir)

Tuesday, March 13, 2012

SUKA DUKA HIDUPKU

Oleh Anastasia Tjandra Yani
Alumna SLB/B Santi Rama
Cipete, Jakarta, Indonesia

Siapa salah, saya tidak tahu. Mamaku melahirkan seorang bayi yang cacat karena salah suntik KB. Itulah saya. Ketika masih kecil dulu, saya tinggal di Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat, dan terus tidak mau pulang ke Jakarta. Karena saya mau ikut bersama nenek. Yaitu, ibunda dari mamaku. Pernah juga saya tinggal di Pademangan. Ketika di sana, saya senang sekali karena ada seorang teman normal mendengar, yang selalu mengajak saya mau bermain di luar rumah. Ketika saya berumur 7 tahun, saya pernah didorong hingga jatuh dari tangga oleh seorang saudara sepupu saya. Tanganku keseleo dan kepalaku terbentur. Tanganku langsung dipijit-pijit oleh nenekku. Sementara mamaku sangat khawatir. Nenekku agak kesal dan sampai  merotani saudara sepupuku itu. Dia menangis dan kemudian meminta maaf kepada saya. Saudara sepupuku ini memang agak nakal. Dia suka menyepelekan saya. Juga suka mencubit dan berantem dengan saya sampai saya jadi kesal.

Ketika sudah besar, saya tidak lagi tinggal di Parung Panjang. Keluargaku pindah ke rumah baru di Bojong Indah, Jakarta. Saya masuk sekolah SLB/B TK Santi Rama di Kramat Jakarta. Setelah itu, masuk sekolah SLB/B SD Santi Rama, kelas 1 - 8A dan lulusan tahun 1991. Kemudian saya lanjutkan pendidikan saya di SLB/B SMP Santi Rama juga, kelas 1 - 4B. Lulus tahun 1995. Setiap kali pesta perpisahan naik kelas, saya ikut menari bersama teman-teman kelasku. Saya juga pernah ikut lomba telur paskah dan dapat hadiah juara I. Bersama teman-teman sekolah, kami pernah berkemah di Kaliurang - Yogya dan pantai Carita, Cikole - Bandung. Satu hal yang membuat saya sedih ketika masih di sekolah adalah ibu guru kelas 4 – 5 yang selalu galak pada murid-muridnya. Setelah tamat sekolah, saya ikut pelatihan menjahit dan mengetik. Dan saya lulus.

Setelah pelatihan, saya tidak dapat kerja selama 4 bulan. Kemudian saya ikut sadaraku di Tiang Bendera, Jakarta dan bekerja sebagai computer operator di bagian in put data. Setelah lima  tahun kerja di sana, saya minta berhenti karena gaji kecil. Saya ingat ketika masih kerja di kantor, saya punya teman yang baik sekali bernama Ling Ling. Biasanya setelah kerja, dia mengajak saya makan di luar, lalu dia mengantar saya sampai ke Grogol untuk naik bis. Sudah lama kami tidak bertemu sejak aku berhenti kerja di kantor. Saya tidak tahu lagi entah di mana sekarang Ling Ling berada. Pernah saya juga dapat undangan dari teman yang menikah. Dan di situ saya bisa bertemu lagi dengan teman-teman kerja dulu. Saya sangat senang. Apa lagi mereka mengerti, saya tuna rungu dan mereka maklum. Sejak berhenti kerja, saya bantu antar jemput keponakan saya ke sekolah. 

Mamaku sudah meninggal pada umur 47 tahun karena sakit sesak nafas atau asma. Mama meninggal tahun 1997. Sebelum mama meninggal, kakak saya mengajak mama untuk jalan-jalan ke Glodok dan Pasar Baru untuk membeli baju dan sepatu. Ketika kembali, mereka naik taksi. Tiba di rumah, mama mendapat serangan sakit sesak napas. Kami memberi mama minum jamu dan juga obat semprot sesak nafas. Kakaku pergi mencari bantuan dokter. Saya hanya bisa bantu pijit-pijit mama dekat meja makan. Lama sekali baru kakaku kembali ke rumah bersama dokter. Sudah terlambat. Rupanya mamaku sudah meninggal sebelum kakakku dan dokter tiba di rumah. Dokter memeriksa mama dan mengatakan bahwa mama sudah tidak ada detak jantung. Mobil ambulans datang dan membawa mama ke rumah duka Abadi. Orang banyak datang melayat mama dan setelah itu mama dimakamkan di Parung Panjang.

Saya pernah mimpi melihat mama, 40 hari setelah beliau meninggal. Dalam mimpi itu, saya bangun dari tidur dan mama datang bertemu saya. Mama lalu memeluk dan mencium saya. Mama juga melihat ke arah kakakku Mei Mei yang tidur bersama saya. Saya juga melihat Mei Mei masih tidur nyenyak. Mama bilang, agar saya sampaikan salam untuk papa, kakak dan semuanya. Saya bilang, ya. Saya juga lihat ada 2 malaikat berpakaian putih terang. Mama juga memakai baju putih terang. Kata mama, ia mau pergi ke surga. Ketika saya mau bertanya, ke mana mama akan pergi, mama sudah menghilang. Saya kaget dan terbangun. Saya menangis sedih. Lalu saya berdoa sebelum tidur lagi. Saya sudah menceritrakan mimpi saya ini kepada bapa dan kakakku. Dan mereka kaget mendengar ceritraku.

Ketika di kelas 6, saya belajar agama Katolik di sekolah Santio Rama II. Lalu saya dibaptis dan komuni pertama kali di gereja Santo Stefanus di Cilandak, pada bulan Desember 1988. Tetapi sebelum itu, saya sudah lulus pelajaran agama. Nilai saya bagus semua. Waktu itu, saya juga sudah bisa berdoa Bapa Kami, Salam Maria dan Kemuliaan. Nama baptisku adalah Anastasia. Dan nama Krismaku adalah Yosefa. Saya dapat sembako Natal dan Paskah di BPPC Katedral.

Saya sudah menikah dan mempunyai seorang anak tunggal laki-laki bernama Christian. Dipanggil Tian. Anakku mau sekolah minggu di gereja. Bulan ini Tian akan masuk sekolah pada kelas play grup. Dulu setelah menikah, saya tidak bisa punya anak selama 7 tahun. Sekarang saya mengurus anak saya dan tidak bisa bekerja karena repot. Anak saya bisa bicara, bisa dengar dan pintar tetapi nakal. Suamiku sendiri kerja laundry di Yogya dan tinggal di Muntilan. Dia pergi meninggalkan saya dan anak saya. Sementara saya dan anak saya masih tinggal di rumah papa saya di Jakarta. Saya melihat hal ini sebagai suka duka kehidupan berkeluarga yang harus ditanggung dengan rela. Kadang-kadang saya sedih juga memikirkan hal ini. Tetapi itulah hidup. Kini saya berencana untuk usaha menjual kue. Meski suamiku tidak lagi mengirimkan apa-apa kepada saya dan anak saya, tetapi saudara-saudara saya masih selalu bantu-bantu untuk Tian dan saya. Saya selalu bersyukur karena saya masih punya sanak keluarga yang memiliki perhatian untuk saya dan anak saya. Sampai sekarang, hal paling penting untuk saya adalah memperhatikan dan memelihara anak saya. Saya juga tetap berdoa agar Tuhan meringankan beban saya. Saya ingin berteman baik dengan Agustini Hasan dan berterima kasih kepadanya karena telah bersedia mengetik dan mengirimkan tulisan saya ini ke Penghiburku. *** 




Tulisan ini diteruskan ke Penghiburku
Oleh Agustini Hasan, Jakarta, Indonesia.
Koordinator Pembantu blogspot Penghiburku.

2 comments:

  1. Tulisan yang sangat menggugah. Bahasanya sederhana, tetapi isinya luar biasa. Suka duka kehidupan anak manusia. Parabens!

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama juga. Gaya bahasanya sederhana, polos dan lugu menyiratkan kejujuran kata2 curahan hatinya dan Ceritanya... Mb Anas beruntung disayang dan jadi wanita istimewa di mata Allah amin ya robilalhamin...

      Delete