![](http://2.bp.blogspot.com/-c6pX3K-oJHE/Tzr6MfVWZHI/AAAAAAAAAUo/6Y3zUdkdI0E/s1600/313088_112997748810039_100002994426464_82196_1539090837_a.jpg)
INTEGRASI PENDIDIKAN UMUM *)
Setelah tamat dari SLB/B Dena Upakara, Wonosobo, Aning melanjutkan pendidikannya ke
sekolah umum di SMP Negeri 1, Yogyakarta, pada tahun 1983. Ia sempat
mengalami semacam "diskriminasi" dalam pendidikan dan pergaulan. Teman-teman enggan
bergaul dengannya dan menganggapnya anak bodoh. Misalnya pada saat pergantian
pelajaran, Aning masih asyik mencatat
di buku. Karena tidak mendengar, maka Aning
tidak mengetahui bahwa guru sedang masuk ke kelas. Teman-teman segera berdiri
sigap memberi hormat kepada guru. Tiba-tiba sang guru menggebrak meja Aning. Sontak Aning kaget melihat guru itu marah kepadanya. Padahal guru itu
sebenarnya sudah tahu bahwa Aning adalah
murid tuna rungu. Guru juga selalu marah sekali kepada Aning dan ia dituduh tidak sopan. Sebab Aning mengangkat telapak tangan kiri untuk minta ijin bertanya
kepada guru ketika Aning kurang
paham penjelasan guru. Padahal Aning
biasanya selalu mengangkat telapak tangan sebagai tanda minta ijin bertanya ketika
ia masih bersekolah di SLB Dena Upakara, Wonosobo.
Di SMP umum itu, guru malah menjadi marah dan menyuruh Aning keluar kelas dan tidak boleh mengikuti pelajaran. Aning tidak mengerti mengapa ia diperlakukan
seperti itu.
Pada semester pertama rapor Aning nyaris dipenuhi nilai merah. Lalu orang tua Aning meminta bantuan kepada Sr. Myriam Therese, PMY, sebagai
pemrakarsa program care after atau pelayanan
kepada alumni Dena Upakara. Dari Wonosobo, Sr.
Myriam langsung datang ke sekolah Aning
di SMP Negeri 1, Yogyakarta, untuk menjelaskan masalah integrasi pendidikan Aning kepada kepala sekolah dan para
guru di SMP itu. Setelah itu, pada semester kedua, Aning mendapat ranking 10 besar. Baru pada saat itu, teman-teman akhirnya
mau bergaul dengan Aning dan tidak lagi
menganggapnya sebagai anak bodoh. Selama bersekolah di SMP Negeri 1, Yogyakarta,
karangan Aning dimuat tujuh kali
dalam Majalah Penghiburku sebagai cerbung
atau cerita bersambung dengan judul: “Kugadai
Kalung Impian”. Tulisan ini berisi pergolakan batinnya sebagai remaja.
Namun cerbung bagian kedelapan dan yang
berikutnya tidak jadi dimuat karena Majalah
Penghiburku mendadak vakum alias
berhenti terbit.
Setelah tamat dari SMP Negeri 1, Yogyakarta, pada
tahun 1986, Aning lulus tes dan
diterima masuk SMTI (Sekolah Menengah Teknologi Industri) Yogyakarta milik
Departemen Perindustrian. Aning
sengaja memilih SMTI itu untuk melawan stereotip
mengenai tuna rungu. Bahwa anak-anak tuna rungu hanya pantas masuk sekolah
di SMKK atau Sekolah Menengah Kejuruan Ketrampilan. Pada saat pengumuman hasil
tes penerimaan siswa baru di SMTI, Aning
menempati posisi kedua. Ketika kelas 1 di SMTI, Aning pernah masuk ranking 10 besar. Namun ketika kelas 2, ia
melorot ke ranking 80 dan ketika kelas 3, malah turun lebih jauh ke ranking
115. Hal ini disebabkan oleh makin sukarnya pelajaran-pelajaran di tingkat atas.
Toh akhirnya Aning mampu
menyelesaikan sekolahnya di SMTI pada tahun 1989 dengan prestasi yang tidak
terlalu buruk.
Pada tahun 1989, Aning melamar ke almamater SLB/B Dena Upakara dan sempat menjadi guru pelatihan Pramuka. Karena Aning mempunyai pengalaman di divisi Penggalang Pramuka ketika ia masih di SMP dan SMTI. Aning membimbing dan mendampingi anak-anak tuna rungu SLB/B Dena Upakara dan SLB/B Don Bosco Wonosobo dengan baik. Hasil bimbingannya ini terbukti ketika mereka mengikuti Jambore Nasional Penca (Penyandang Cacad). Selama 10 hari di Cibubur, Jakarta, kelompok SLB/B Dena Upakara dan SLB/B Don Bosco Wonosobo asuhannya berhasil menjadi juara Nasional Penca itu. Hal itu merupakan prestasi yang membanggakan Aning dan masih menjadi kenangan indah sampai hari ini. Setelah itu Aning kembali ke Yogya untuk melanjutkan kuliah di Akademi Perindustrian (Akprind), jurusan Manajemen Perindustrian. Tetapi kuliah Aning di Akprind tidak sempat diselesaikannya dan hanya bertahan selama satu setengah tahun atau tiga semester saja (1989-1991). Karena hendak memperluas wawasan, Aning melamar dan diterima bekerja sebagai sekretaris di perusahaan fashion design di Semarang, Jawa Tengah. *** (Bersambung)
*) Tulisan ini adalah hasil wawancara Catharina Apriningsih, Koordinator Pembantu blogspot Penghiburku di Yogyakarta, dengan Marsudiyati Pratamaningsih alias Aning, yang pernah menulis artikel berjudul: “Suka Duka Guru Anak Tuna Rungu” dan “Pelangi Kata Pada Bunga Teratai” di blogspot Penghiburku.
No comments:
Post a Comment