Saya masih ingat waktu pertama kali saya belajar untuk berbicara. Saya sungguh-sungguh berjuang untuk bisa menyampaikan pikiran saya melalui
alfabet manual. Ketika itu pikiran saya bertabrakan dengan ujung-ujung jari saya,
seperti burung-burung kecil dalam sangkar yang berjuang untuk mendapatkan kebebasan.
Sampai pada suatu
hari, Miss
Fuller membuka lebar-lebar pintu sangkar
dan membiarkan mereka terbang melarikan diri. Aku ingin tahu, apakah Miss Fuller
masih ingat, betapa bersemangatnya burung-burung kecil itu. Dengan senang hati,
mereka membuka sayap-sayap
mereka dan terus terbang menjauh. Tentu saja, tidak terlalu mudah pada saat awal
ketika mulai terbang. Untuk bisa berkata-kata, bagi orang
tuli, bagaikan sayap-sayap lemah
dan bisa patah. Mereka lalu
kehilangan semua kasih karunia dan keindahan yang dulunya mereka miliki.
Jika sudah
demikian, pasti tidak
ada lagi dorongan yang tersisa untuk bisa terbang. Tetapi tidak
segampang itu. Manusia
tidak harus dengan
mudah saja setuju untuk tetap merayap di bawah,
ketika ia merasakan dorongan untuk melambung.
Tetapi bagaimana pun juga, kadang-kadang saya rasakan bahwa saya tidak bisa gunakan kemampuan berkata-kata, alias sayap saya,
seperti yang telah Tuhan titipkan pada saya.
Ada begitu banyak kesulitan yang selalu saya alami. Kerap sampai
putus asa.
Tetapi saya
terus mencoba. Saya tetap
yakin bahwa kesabaran dan ketekunan akan
menang pada akhirnya. Ketika saya belajar dan bekerja,
saya seolah
sedang membangun menara gading paling indah untuk masa depan. Saya berjuang untuk mewujudkan
mimpi-mimpi besar saya. Dan saya tetap menantikan saat paling membahagiakan itu.
Yakni ketika tiba waktunya dan saya bisa
berbicara dan
berkata-kata seperti orang lain.
Dan akan betapa gembiranya ibu saya ketika beliau mendengar
untuk
pertama kalinya bahwa saya sudah bisa berbicara.
Semua inilah
yang memaniskan segala perjuangan keras dan setiap kegagalan yang kerap saya hadapi. Jadi saya mau katakan kepada orang-orang tuli
yang ingin
dan sedang belajar untuk berbicara. Dan juga kepada guru-guru yang mengajari mereka: Bergembiralah.
Jangan memikirkan kegagalan.
Tetapi tataplah keberhasilan
yang akan anda capai
pada hari esok. Anda sendiri telah memilih tugas yang sulit itu.
Tetapi anda
akan berhasil jika anda tekun.
Dan anda
akan menemukan suka cita
bila anda
sanggup mengatasi hambatan-hambatan yang menyulitkan. Akan menyenangkan sekali bila suatu waktu anda
berhasil menyelesaikan pendakian yang melelahkan dengan banyak
kali tergelincir dan jatuh ke belakang. Hasilnya akan berbeda, jika jalan selalu mulus dan lancar. Ingat, bukan usaha
yang gampang
untuk mencapai sesuatu yang indah
yang pernah hilang. Tetapi kapan, di mana dan
bagaimana pun, kita akan menemukan apa yang kita cari. Kita akan berbicara, ya, dan juga bernyanyi, karena Tuhan menghendaki
manusia berbicara dan bernyanyi. ***
*) Pidato Helen
Keller
pada pertemuan kelima Asosiasi Amerika untuk Promosi
Pengajaran Berbicara Bagi Orang Tuli.
Disampaikan pada tanggal 8 Juli 1896 di gedung Mt. Airy,
Philadelphia, Pennsylvania, Amerika
Serikat.
Dikutip dari buku Otobiografi Helen Keller:
“The Story of My Life”
Diindonesiakan oleh Prisco Virgo. Dili, Timor-Leste.
Koordinator
Utama Blogspot Penghiburku.
hebat Hellen!! karena berani bermimpi dan mewujudkan aksesibilitas untuk deaf-blind... tinggal kita meneruskan perjuangan beliau... Kitalah estafetnya menyambut mentari dan memberi KASIH... Bantulah anak2 yg gak seberuntung kita untuk bersanding melewati ujian2 hidup karena Allah...Amin...
ReplyDeleteBenar sekali mbak Aning. Parabens = Proficiat!
ReplyDeleteHelen Keller merupakan seorang manusia yang AJAIB! Begitu kita tahu siapa dia, maka pasti terucapkan " Hebat! Luar biasa ! Ajaib benar!"
ReplyDeleteSehingga perjuangannya telah mampu terinsipirasi oleh komunitas disabilitas seluruh dunia untuk menatap masa depan dengan penuh percaya diri!
Bahwa Tuhan Yang Maha ADIL !
Bahwa para disabilitas PASTI bisa maju...!
Bahwa para disabilitas sepatutnya mengikuti jejak Helen Keller!
Ya dan kita semua berharap, MSMP dan Penghiburku menjadi sebagian jalan bagi mereka yang ingin mendekati keteladanan Helen Keller si anak ajaib itu... Salam untuk semua di mana saja!
ReplyDeleteHelen Keller memang LUAR BIASA ! Pantang menyerah sampai bisa berkata-kata bahkan bisa menulis dengan fasih padahal dia buta tuli, jauh lebih sulit daripada tuli tapi masih bisa melihat dunia yang penuh ' warna' ini. Dialah motivator bagi kaum tuna rungu sekaligus buta. Cheer up !
ReplyDelete